2010年3月23日星期二


Satu Bahasa? Banyak Bahasa?


Terdapat banyak bahasa di dunia ini. Namun, susahnya menetapkan bahasa yang mana adalah bahasa yang paling merdu. Akan tetapi kita tidak dapat menafikan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang paling kuat di dunia ini pada jaman sekarang. Jadi saya selalu berfikir adakah suatu hari nanti dunia ini akan ditenggelami oleh dunia Inggris seperti yang sudah berlaku di Negara India dan Negara Filipina sekarang. Umumnya sudah diketahui oleh bahwa kedua Negara ini dicirikan dengan kepelbagaian bahasa. Setiap daerah mempunyai dialek yang unik serta tidak dapat saling dimengerti. Oleh karena itu, bahasa penjajahan yaitu bahasa Inggris selama ini memainkan peranan penting sebagai medium komunikasi yang baik. Lama-kelamaan, bahasa kebangsaan dijadikan lambang semangat nasionalisme saja.

Belajar bahasa Inggris memang sudah menjadi satu fesyen dalam masyarakat di tempat mana-mana. Karena dengan kemampuan bahasa Inggris, kita dapat berkomunikasi dengan banyak orang di dunia ini, terutamanya pertukaran kian diperlukan dalam masyarakat kita. Saya pun pernah bertanya kepada ibu saya kenapa menekankan saya belajar bahasa Inggris sewaktu saya kecil. Ibu menjawab bahwa dia ingin saya menjadi “orang antarabangsa”. Jadi saya berpikir bahwa apa maksud ini “orang antarabangsa”? Bukankah ini adalah pengaruh globalisasi? Bukankah ini adalah kekuasaan dunia bahasa Inggris? Dan berapa banyaknya ibubapa mempunyai impian yang sama dengan harapan ibu saya ini? Lagipun berapa banyak uang yang ibubapa kita sudi keluarkan dalam pemupukan penggunaan bahasa Inggris?

Sama juga pandangan ini dengan pihak pemerindah. Akan tetapi kebanyakan Negara tidak mampu melaksanakan pendidikan bilingualisme karena ia memang mahal. Mungkin hanya sedikit Negara yang sangat kaya seperti Negara Brunei Darulsalam bisa menanggung perbelanjaan untuk menyokong keseimbangan pendidikan dalam dua bahasa. Oleh karena itu, banyak Negara terutamanya Negara yang pernah dijajah terus menggunakan bahasa Inggris dalam banyak bidang utama seperti pendidikan, pemerintahan, perdagangan dan sebagainya.

Tambahan pula, setelah era pasca-nasionalisme, bahasa kebangsaan tidak menjalankan kesan pragmatik lagi. Ia hanya dipandang sebagai simbol kebangsaan saja. Kebanyakan orang memilih bahwa menjaga dialek mereka sebagai pameran identitas sementara belajar bahasa Inggris sebagai alat komunikasi serta simbol status tinggi yaitu sudah menerima pendidikan yang baik.

Jadi, saya mengira kecenderungan penggunaan bahasa Inggris amat kuat, mungkin sehingga kekuasaannya bisa menggantikan banyak bahasa kebangsaan di seluruh dunia ini. Oleh karena itu, saya tiba-tiba merasa sedih karena kepelbagaian bahasa dan budaya akan hilang disebabkan faktor ekonomi yang susah dielakkan ini. Saya mengekspresikan perasaan ini kepada Mas Reagan, tetapi dia mempunyai pandangan yang agak berbeda. Sebagai seorang Amerika, dia berasa sangat menikmati perasaan perbedaan apabila melancong ke Negara luar. Dia kata kalau seluruh dunia ini nanti dijadikan satu bahasa dan satu budaya, susah juga diterima oleh manusia walaupun keuntungan ekonomi yang besar. Ini mungkin karena naluri manusia masih suka mengasingkan diri dari orang lain. Oleh karena itu, bahasa ibundanya memang bisa memainkan peranan ini tapi mungkin bukan lagi bahasa kebangsaan. Malah selagi kewujudan naluri manusia ini, kepelbagaian bahasa dan budaya tidaklah akan hilang. Mungkin setelah manusia sudah mendapat cukup uang, mereka yang akan tuntut mengembalikan identitas yang unik dengan memakai bahasa dan budaya warisannya.

没有评论:

发表评论