2009年12月9日星期三

Naluri Manusia

Libur Hari Syukuran (Thanksgiving days) ini, saya tidak pergi mana-mana. Saya belajar di rumah dengan hati yang tenang. Setiap pagi, saya membuka internet, membaca berita yang berlaku/terjadi di seluruh dunia ini.

Ada dua peristiwa yang terjadi pada hari-hari ini amat menggemparkan hati saya.

Satu peristiwa adalah masalah finansial yang terjadi di kota Uni Emirat Arab, Dubai.

Setelah diumumkannya kabar bahwa perusahaan terbesar Emirat Dubai, Uni Emirat Arab, yaitu Grup Dubai World akan melakukan reorganisasi dan menunda pengembalian hutang sebanyak 59 milyar dolar, pasar moneter global tergoncang. Akhir-akhir ini, bursa saham dan bursa valuta asing, serta harga minyak mentah berjangka dan harga emas berjangka berturut-turut menurun tajam, dan rasa panik pun menghantui setiap investor. Para penanam modal khawatir akan terjadinya efek domino jika Dubai ternyata tidak mampu melunasi hutang-hutangnya.

Sudah diketahui umumnya bahwa Dunia Dubai pernah ingin mendirikan “surga bagi jutawan”. Mereka merancang dan membangun hotel yang berbintang tujuh, pulau-pulau buatan serta kediaman supermewah. Tujuan mereka adalah untuk menarik modal dari tokoh-tokoh besar dari seluruh dunia. Jadi, perusahaan Dubai ini berturut-turut meminjam duit demi menyempurnakan proyek raksasa ini. Namun, tsunami keuangan dunia telah mengambil kebanyakan harta jutawan. Oleh karena itu, mimpi perusahaan Dubai turut terancam.


Sebenarnya, perusahaan Dubai tersebut sudah kaya sangat, tetapi kenapa mereka masih ingin lebih banyak sehingga mereka sudah lupa kemampuan diri mereka? Kenapa mereka tidak mau mengekalkan kekayaan mereka?

Adakah ini ketamakan manusia yang menyebabkan semua puncak bencana?

Adakah kekayaan dan kekuatan membangunkan ketamakan?

Adakah kekayaan dan kekuatan juga mampu memusnahkan semua peri kemanusiaan?

Lihatlah peristiwa pembantaian yang berlaku di Kecamatan Buluan, Provinsi Maguindanao, Selatan Filipina. Untuk ambil bagian dalam kampanye pemilihan gubernur tahun 2010, pada hari 23 November ini, camat Esmael Mangudadatu mempercayakan istrinya Jenalyn dan anggota keluarganya, pembantu dan tokoh politik bermobil ke Komisi Pemilihan setempat untuk menyampaikan bahan-bahan, disertai pula kurang-lebih 20 wartawan. Dalam perjalanan, mereka dikepung oleh sekelompok elemen bersenjata dan disandera. Menurut saksi mata, kelompok bersenjata sekitar 100 orang itu tampak seperti milisia setempat dengan senjata lengkap.

Tak lama setelah peristiwa itu terjadi, tentara pemerintah segera melakukan aksi penyelamatan sandera, namun ketika mereka tiba di tempat kejadian peristiwa, tampak 21 jenazah sandera terkapar. Sampai sekarang, pihak militer Filipina telah mengkonfirmasi bahwa semua sandera sebanyak 57 orang telah dibunuh, 35 lelaki dan 22 perempuan, termasuk istri Esmael Mangudadatu dan saudaranya. Menurut keterangan pejabat militer setempat, sejumlah korban tewas dipenggal kepalanya oleh kelompok bersenjata.

Terjadinya peristiwa penyanderaan dan pembunuhan kejam para sandera membuat pemerintah Filipina sangat marah. Presiden Arroyo memerintahkan pengejaran para pelaku kejahatan dengan harga apa pun yang harus dibayar. Penasehat Presiden Arroyo Untuk Masalah Mindanao bahkan mendesak presiden memberlakukan keadaan darurat di Provinsi Maguindanao untuk mencegah terjadinya lagi peristiwa kekerasan berdarah.

Juru bicara pihak militer Filipina Romeo Brawner dalam jumpa pers menyatakan bahwa hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa sekelompok elemen bersenjata yang ada kaitannya dengan Gubernur Provinsi Maguindanao, Ampatuan adalah pelaku peristiwa penyanderaan tersebut. Tujuannya adalah untuk mencegah Esmael Mangudadatu ikut kampanye pemilihan Gubernur Provinsi Maguindanao. Menurut media setempat, Ampatuan memiliki sebuah barisan bersenjata pribadi yang terdiri sekitar 100 orang, dipimpin oleh putranya sendiri. Sedang Esmael Mangudadatu juga pemimpin sebuah kelompok setempat yang seteru dengan Gubernur Ampatuan.

Sementara itu, juru bicara Kepolisian Negara Filipina menyatakan, pihaknya sedang mengumpulkan bukti tentang Gubernur Maguindanao Andal Ampatuan dan putranya yang diduga merencanakan dan ambil bagian dalam peristiwa tersebut.

Pemilu tahun depan selain akan memilih presiden dan wakil presiden Filipina, juga akan memilih anggota parlemen dan kepala daerah tingkat provinsi, kota dan daerah otonom. Sejak pendaftaran calon pemilih dimulai minggu lalu, pemungutan suara akan berlangsung sampai 10 Mei tahun depan. Berhubung pemilu kali ini berkaitan dengan pembangunan kembali tatanan politik Filipina, maka dapat dibayangkan betapa sengitnya pertarungan antara berbagai faksi politik.

Padahal, peristiwa kekerasan sering terjadi setiap kali menghadapi tahun pemilu, khususnya di daerah bagian selatan di mana Provinsi Maguindanao berada. Tetapi mengapakah mereka selalu membunuh sandera khususnya sandera perempuan dengan cara yang begitu zalim? Setahunya, bukan saja mereka memotong kepala sandera tetapi bagi semua sandera perempuan, mereka memperkosa dulu, menembak kemaluan mangsa lalu menembak mangsa sewenang-wenang sehingga mati. Adakah mereka masih manusia? Apakah tujuan mereka? Bukankah hanya untuk sebiji posisi saja? Betapa buruknya kalau orang semacam ini dijadikan ketua rakyat?!

Manusia!

Sila berdiri di depan cermin.

Sila renungi mukamu.

Sila pikirkan perananmu.

Saya akui, takut, tamak adalah nalurimu.

Tetapi, jangan zalim, ganas, kejam…

没有评论:

发表评论