Menurut cerita dalam Kitab Bible, selepas Banjir Besar, pelangi yang pertama dapat dilihat di atas langit. Sementara itu, Tuhan bercakap, “Saya meletakkan pelangi ini dalam awan-awan. Pelangi ini adalah lambang bagi perjanjian antara bumi dan saya. Selagi awan-awan sudah menutup bumi, pelangi ini muncul supaya memperingati perjanjian antara bumi dan saya. Kanera itu, banjir tidak akan berlaku lagi sehingga memusnahkan hidupan di atas bumi ini.” Selepas itu, kota pertama, yakni kota Babilon, didirkan untuk menyatukan seluruh umat manusia yang semuanya bercakap dalam satu bahasa. Akan tetapi, ada seorang bercakap, “Bagaimana kita memastikan Banjir Besar itu tidak berlaku lagi? Pelangi itu tidak dapat menjaminkan apa-apa. Kita janganlah menyerahkan masa depan kita dan nasib anak-anak kita kepada Si Pelangi itu.” Setalah medengar percakapan ini, ramai penduduk kota Babilon amat bersetuju dan mengambil keputusan bahawa membangun sebuah menara yang hebat sehingga mencecah langit. Mereka berkata, "Marilah kita dirikan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh Bumi," Disebabkan mereka dapat komunikasi secara lancar dalam bahasa yang sama, Menara Babel dapat dibina secara cepat dan megah. Namun, hal ini menimbulkan Tuhan murka karena perjanjiannya disyaki oleh manusia sehingga Tuhan menghukumkan manusia dengan mencerai-beraikan bahasa manusia sehingga mereka tidak bisa memahami bahasa mereka antara satu sama lain. Menara Babel itu juga tidak dapat diselesaikan. Oleh karena kisah itu, perkataan “Babel” sekarang diberi erti “kehuru-haraan” dalam bahasa Inggeris.
Saya amat suka kisah ini.
Dalam keagamaan, kisah ini mengkritik keangkuhan, kesombongan manusia yang akhirnya menuju ke kacauan.
Tetapi, saya ada pendapat yang lain.
Pertama, kisah ini memberi kita implikasi dalam usaha mempelajari sesuatu bahasa asing. Contohnya, apabila belajar perkataan “babel”, kalau hanya mengingat “B-A-B-E-L” mempunyai erti “kacauan” amatlah susah. Tetapi kalau membaca kisah “Menara Babel” ini, pasti sulitnya lupakan ertinya. Di samping itu, semua perkataan yang berkaitan dengan “babel”, seperti “babelism” dan “babelize” juga mempunyai erti “kacau”. Oleh itu, pada pendapat saya, mempelajari kata tunggal dan etimologi perkataan itu amat penting. Dengan kata lain, membelajari sesuatu bahasa asing tidak saja mengingat perkataan yang baru tetapi juga memahami budaya dan sejarah di belakang sesuatu bahasa itu.
Yang kedua, setelah saya belajar bahasa Indonesia, saya sedar bahawa budaya manusia di kawasan Asia mempunyai banyak kesamaan. Kita patutlah menggunakan kesaamaan ini untuk menghapuskan kesalahfahaman antara satu sama lain dan hidup dalam keadaan aman damai bahkan bersatu patuh. Walaupun Menara Babel tidak diselesaikan dalam sejarah, tetapi setelah munculnya usaha penterjemahan, semua manusia di seluruh dunia dapat dihubungjalinkan lagi.
Bahasa, ia adalah kunci, tingkap, dan jambatan. Bahasa membawa kita memasuki sebuah dunia yang baru dan juga memahami dunia kita sendiri secara lebih jelas.
Oleh karena ini, saya membuka blog ini, dengan bahasa yang indah ini, untuk mempersembahkan dunia yang multibudayanya. Di samping itu, saya menamakan blog ini “Menara Babel”, semoga mendirikan sebuah Menara Babel di dalam semua hati manusia yakni melambangkan persahabahan, kesejahteraan dan penghargaan.
Saya amat suka kisah ini.
Dalam keagamaan, kisah ini mengkritik keangkuhan, kesombongan manusia yang akhirnya menuju ke kacauan.
Tetapi, saya ada pendapat yang lain.
Pertama, kisah ini memberi kita implikasi dalam usaha mempelajari sesuatu bahasa asing. Contohnya, apabila belajar perkataan “babel”, kalau hanya mengingat “B-A-B-E-L” mempunyai erti “kacauan” amatlah susah. Tetapi kalau membaca kisah “Menara Babel” ini, pasti sulitnya lupakan ertinya. Di samping itu, semua perkataan yang berkaitan dengan “babel”, seperti “babelism” dan “babelize” juga mempunyai erti “kacau”. Oleh itu, pada pendapat saya, mempelajari kata tunggal dan etimologi perkataan itu amat penting. Dengan kata lain, membelajari sesuatu bahasa asing tidak saja mengingat perkataan yang baru tetapi juga memahami budaya dan sejarah di belakang sesuatu bahasa itu.
Yang kedua, setelah saya belajar bahasa Indonesia, saya sedar bahawa budaya manusia di kawasan Asia mempunyai banyak kesamaan. Kita patutlah menggunakan kesaamaan ini untuk menghapuskan kesalahfahaman antara satu sama lain dan hidup dalam keadaan aman damai bahkan bersatu patuh. Walaupun Menara Babel tidak diselesaikan dalam sejarah, tetapi setelah munculnya usaha penterjemahan, semua manusia di seluruh dunia dapat dihubungjalinkan lagi.
Bahasa, ia adalah kunci, tingkap, dan jambatan. Bahasa membawa kita memasuki sebuah dunia yang baru dan juga memahami dunia kita sendiri secara lebih jelas.
Oleh karena ini, saya membuka blog ini, dengan bahasa yang indah ini, untuk mempersembahkan dunia yang multibudayanya. Di samping itu, saya menamakan blog ini “Menara Babel”, semoga mendirikan sebuah Menara Babel di dalam semua hati manusia yakni melambangkan persahabahan, kesejahteraan dan penghargaan.
没有评论:
发表评论